Kesehatan Tubuh
Mengenal Resusitasi Jantung Paru (CPR) dan Cara Melakukannya
Bagikan ke
Table of Contents
Resusitasi Jantung Paru atau CPR adalah langkah pertama yang dapat diterapkan pada pasien yang mengalami henti jantung dan paru mendadak sebelum tim ambulans atau tim gawat darurat dari rumah sakit terdekat tiba.
Faktanya, aktivitas olahraga yang ekstrim dapat menyebabkan henti jantung, terutama pada individu dengan riwayat penyakit jantung, sehingga pengetahuan yang baik mengenai tindakan pertolongan pertama menjadi sangat penting.
Namun, penting untuk memastikan bahwa teknik CPR dilakukan dengan benar, agar upaya penyelamatan berjalan efektif dan efisien serta untuk mengurangi risiko komplikasi. Salah tindakan dalam CPR bisa berpotensi menyebabkan ketidakberhasilan fungsi jantung dan paru-paru yang lebih lanjut, patah tulang, pneumotoraks, dan masalah lainnya. Simak cara melakukan CPR selengkapnya di bawah ini.
Apa itu CPR?
Sebenarnya, apa itu CPR? Jadi, CPR singkatan dari cardiopulmonary resuscitation atau juga biasa dikenal dengan istilah RJP (resusitasi jantung paru) dalam bahasa Indonesia.
Artinya, CPR adalah salah satu upaya pertolongan pertama gawat darurat secara medis yang dilakukan ketika ada seorang pasien henti jantung. Tujuan dari CPR adalah untuk mengembalikan kemampuan bernapas serta sirkulasi darah dalam tubuh seorang pasien. Sebab, pernapasan atau aliran darah yang berhenti dapat memicu terjadinya kerusakan otak sehingga berpotensi menyebabkan kematian dalam hitungan 8 sampai 10 menit.
Hal yang Perlu diperhatikan Sebelum Melakukan CPR
CPR adalah prosedur pertolongan pertama untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Karena itulah, teknik Resusitasi atau CPR harus dilakukan dengan benar dan tepat. Teknik CPR biasa dikenal dengan singkatan D-R-C-A-B, yaitu danger, response, compression, airway, dan breathing.
Danger dan response dilakukan sebagai persiapan sebelum melakukan CPR. Untuk berjalan efektif, CPR lebih baik dilakukan minimal oleh 2 orang. 1 orang bertugas untuk kompresi dan seorang lainnya untuk airway dan breathing. Peran kedua orang tersebut dapat saling bertukar setelah 5 siklus atau 1 menit.
1. Perhatikan Lokasi (Danger)
Hal pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan CPR adalah memastikan lokasi di sekitar pasien yang mengalami henti jantung aman dan terhindar dari bahaya. Jika pasien berada pada lokasi berbahaya, segera pindahkan ke tempat aman terdekat. Sebagai contoh, apabila pasien adalah korban kecelakaan, pinggirkan pasien ke tempat yang aman dan terlindungi.
2. Periksa Tingkat Kesadaran Pasien (Response)
Anda bisa memanggil atau menepuk bahu pasien perlahan-lahan untuk memeriksa kesadaran pasien. Jika tidak ada respon (baik respon mata, jawaban, erangan, atau bahkan batuk), Anda dapat memeriksa napas serta denyut nadi pasien di bagian pergelangan tangan atau lehernya. Pemeriksaan napas dan nadi dilakukan bersamaan secara cepat, sebisa mungkin diperiksa selama 3 detik.
3. Hubungi Ambulans
Jika pasien tidak memberikan respon, segera hubungi ambulans untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Penolong juga dapat berteriak meminta bantuan orang sekitar untuk menghubungi ambulans Hal tersebut bertujuan agar penolong dapat sesegera mungkin memberikan bantuan CPR pada pasien. Dengan catatan, CPR dilakukan jika pasien sudah tidak responsif.
Cara Melakukan CPR
Secara umum, cara melakukan CPR dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu kompresi dada (compression), membuka jalur napas (airways), dan pemberian napas buatan (breathing). Penjelasan selengkapnya dapat dilihat melalui penjelasan di bawah ini.
1. Kompresi Dada (Compression)
Compression dalam teknik CPR adalah tindakan berupa penekanan dinding dada pasien sebagai pijat jantung eksternal. Untuk melakukan compression, Anda bisa menerapkan langkah-langkah berikut:
-
Baringkan tubuh korban pada permukaan datar dan keras.
-
Posisikan diri Anda di samping bahu dan leher pasien.
-
Letakkan salah satu telapak tangan pada bagian tengah dada pasien, tepatnya pada ⅓ tulang sternum. Sedangkan, telapak tangan lainnya diletakkan di atas tangan tersebut.
-
Lakukan metode push fast, yaitu penekanan dada pasien sebanyak 100 - 120 kali per menit atau 1 - 2 kali per detik. Pastikan penekanan dada tersebut memiliki kedalaman 5 - 6 cm (push hard).
2. Membuka Jalur Napas (Airways)
Langkah berikutnya dari CPR adalah airways atau membuka jalur napas pasien. Cara ini dilakukan setelah tahapan compression. Caranya, Anda perlu mendongakkan kepala pasien dan letakkan satu tangan pada dahinya. Kemudian, tangan lainnya digunakan untuk mengangkat dagu secara perlahan sampai saluran napas pasien terbuka.
3. Pemberian Napas Buatan (Breathing)
Apabila pasien masih belum menunjukkan respon, Anda dapat memberi bantuan napas melalui mulut. Pemberian napas buatan ini lakukan untuk mengembalikan pernapasan spontan dari pasien. Selain dari mulut ke mulut, Anda juga dapat memberikan napas buatan dari mulut ke hidung.
Dalam CPR, tekning breathing ini dibarengi dengan compression, yaitu 30 kali kompresi dada diikuti dengan 2 kali bantuan napas. Langkah-langkah untuk memberikan napas buatan dalam CPR adalah sebagai berikut:
-
Letakkan mulut Anda ke mulut atau hidung pasien. Jika memberikan napas bantuan dari mulut ke mulut, jepit hidung korban menggunakan tangan.
-
Berikan udara dari mulut Anda sebanyak 2 kali ke pasien.
-
Perhatikan dada pasien apakah terangkat seperti ketika bernapas .
-
Lakukan kompresi dada kembali sebanyak 30 kali jika pasien tidak menunjukkan tanda bernapas.
Kesimpulannya, CPR adalah langkah pertolongan pertama yang penting saat serangan jantung mendadak. Setelah melakukan CPR, segera hubungi call center emergency Siloam Hospitals atau kunjungi Siloam Hospitals Terdekat untuk mendapatkan penanganan lanjutan oleh tim medis.
Di samping itu, untuk mencegah terjadinya masalah pada jantung, lakukan medical check-up secara rutin Siloam Hospitals menyediakan berbagai paket MCU yang bisa Anda beli sesuai kebutuhan kesehatan Anda atau gunakan simulasi risiko jantung dari Siloam Hospitals. Jaga kesehatan Anda #BersamaSiloam!