Abses Peritonsil - Penyebab, Gejala, dan Penanganannya
General Health

Abses Peritonsil - Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

22 August 2024 4 minutes reading time

Share to

whatsappfacebooktwittershare
Abses peritonsil adalah

Peritonsillar abscess atau abses peritonsil adalah komplikasi dari radang amandel (tonsillitis) yang menyebabkan munculnya nanah di sekitar amandel (tonsil). Abses peritonsil adalah kondisi yang bisa dialami oleh siapa saja, namun lebih sering terjadi pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa muda.

 

Mari kenali penyebab, gejala, komplikasi, serta pengobatan abses peritonsil selengkapnya melalui ulasan di bawah ini.

 

Apa itu Abses Peritonsil (Peritonsillar Abscess)?

 

Peritonsillar abscess atau abses peritonsil adalah kondisi medis yang terjadi karena terdapat penumpukan nanah di sekitar amandel (tonsil). Abses peritonsil biasanya hanya terjadi pada salah satu tonsil, walaupun pada beberapa kasus bisa juga terjadi pada keduanya. Penumpukan nanah pada amandel ini dapat terbentuk dalam waktu 2–8 hari setelah terinfeksi oleh bakteri tertentu. Kondisi ini biasanya terjadi akibat radang amandel (tonsillitis) yang tidak ditangani dengan baik.

 

Abses peritonsil adalah kondisi yang dapat menimbulkan gejala berupa bengkak dan nyeri tenggorokan. Bahkan, pada beberapa kasus, kondisi ini bisa menyebabkan penderitanya kesulitan untuk membuka mulut, menelan, hingga bernapas.

 

Penyebab Abses Peritonsil

 

Penyebab utama abses peritonsil adalah infeksi bakteri pada jaringan lunak di sekitar amandel. Beberapa jenis bakteri yang sering kali menyebabkan terbentuknya abses peritonsil adalah:

  • Staphylococcus aureus.
  • Group A hemolytic streptococcus (GAS).
  • Streptococcus sp.
  • Haemophilus influenzae.

 

Abses peritonsil adalah kondisi yang rentan terjadi pada musim pancaroba. Pasalnya, infeksi bakteri penyebab abses peritonsil cenderung lebih mudah menular pada musim tersebut. Selain itu, sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami abses peritonsil adalah sebagai berikut:

  • Menderita periodontitis atau radang gusi.
  • Tonsilitis kronis.
  • Infeksi mononukleosis.
  • Terdapat endapan batu amandel.
  • Kebiasaan merokok.
  • Leukemia limfositik kronis.

 

Selain itu, pada beberapa kasus yang jarang terjadi, abses peritonsil dapat muncul tanpa didahului oleh infeksi bakteri. Kondisi ini biasanya terjadi karena terdapat peradangan pada kelenjar Weber (kelenjar yang berada di bawah lidah yang berfungsi untuk memproduksi air liur).

 

Gejala Abses Peritonsil

 

Abses peritonsil memiliki gejala yang serupa dengan radang tenggorokan (faringitis) ataupun tonsilitis. Namun, gejala utamanya yang khas adalah adanya pembentukan kantung yang berisi nanah di belakang tenggorokan. Adapun sejumlah gejala umum dari abses peritonsil adalah:

  • Kesulitan menelan.
  • Nyeri saat membuka mulut. 
  • Nyeri telinga di sisi yang terdapat abses.
  • Amandel membengkak hingga mendorong anak lidah yang menggantung di tengah tenggorokan (uvula) bergeser ke sisi yang sehat.
  • Demam.
  • Sakit tenggorokan pada salah satu sisi ataupun kedua sisi.
  • Kejang pada otot leher (tortikolis) atau otot rahang (trismus).
  • Sakit kepala.
  • Leher atau wajah membengkak, terutama pada sisi yang terinfeksi.
  • Terdapat pembengkakan kelenjar getah bening di leher yang terasa nyeri saat disentuh.
  • Bau mulut.
  • Suara parau atau serak.

 

Komplikasi Abses Peritonsil

 

Apabila tidak segera ditangani dengan tepat, abses peritonsil berisiko menimbulkan sejumlah komplikasi, di antaranya adalah:

  • Penyumbatan saluran pernapasan yang mengancam nyawa.
  • Infeksi bakteri yang dapat menyebar ke tenggorokan, leher, rahang, atau dada.
  • Infeksi atau peradangan pada paru-paru (pneumonia) akibat abses yang pecah.
  • Meningitis.
  • Sepsis.

 

Diagnosis Abses Peritonsil

 

Penegakkan diagnosis abses peritonsil biasanya akan melibatkan sejumlah tahapan prosedur pemeriksaan, yaitu:

  • Wawancara medis (anamnesis) dengan pasien untuk mengetahui keluhan dan riwayat kesehatan pasien.
  • Pemeriksaan fisik secara menyeluruh untuk mengetahui gejala fisik yang muncul pada wajah, mulut, tenggorokan, dan leher.
  • Pemeriksaan darah untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi bakteri di dalam tubuh.
  • Pemeriksaan penunjang, seperti USG, rontgen, atau CT scan untuk memeriksa kemungkinan infeksi lainnya pada  tenggorokan jika diperlukan.

 

Pengobatan Abses Peritonsil

 

Pengobatan abses peritonsil bertujuan untuk mengeluarkan nanah, mengendalikan gejala, serta menghindari risiko terjadinya komplikasi. Adapun sejumlah tindakan medis yang dapat dilakukan dokter untuk menangani abses peritonsil adalah pemberian obat-obatan, drainase abses peritonsil, serta tonsilektomi. Berikut masing-masing penjelasannya.

 

1. Pemberian Obat-obatan

 

Apabila penderita abses peritonsil mengeluhkan kesulitan menelan, dokter dapat memberikan nutrisi dan cairan melalui infus. Dokter juga dapat memberikan obat analgesik untuk membantu meredakan nyeri. Selain itu, obat antibiotik juga dapat diresepkan untuk penderita abses peritonsil untuk membantu mengatasi infeksi bakteri di dalam tubuh. 

 

Penting untuk diperhatikan bahwa obat antibiotik harus diminum sampai habis sesuai resep dari dokter guna mencegah kekambuhan infeksi dan resistensi bakteri terhadap obat.

 

2. Drainase Abses Peritonsil

 

Drainase abses peritonsil adalah prosedur medis yang dilakukan dengan membuat sayatan atau tusukan menggunakan jarum khusus (insisi) untuk membuka abses dan mengeluarkan nanah (drainase).

 

3. Tonsilektomi

 

Tonsilektomi adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memotong atau mengangkat amandel yang bermasalah. Tonsilektomi dapat dilakukan melalui beberapa teknik, yaitu cold knife (steel) surgery, coblation (radiofrequency ablation), electrocautery (diathermy), atau menggunakan sinar laser dan gelombang suara.

 

Tindakan tonsilektomi ini biasanya dilakukan apabila abses peritonsil terjadi secara berulang atau sering kambuh walau telah diberikan pengobatan.

 

Cara Mencegah Abses Peritonsil

 

Pada dasarnya, abses peritonsil dapat dicegah dengan menjaga kebersihan rongga mulut dan mengobati radang amandel sebaik mungkin. Adapun sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya abses peritonsil adalah sebagai berikut:

  • Berhenti merokok.
  • Menyikat gigi secara rutin, sebanyak 2 kali sehari pagi dan malam.
  • Berkumur menggunakan obat kumur atau air garam secara rutin.
  • Minum air putih yang cukup.
  • Memeriksakan kesehatan rongga mulut dan gigi setiap 6 bulan sekali.

 

Abses peritonsil adalah komplikasi akibat radang amandel yang tidak ditangani dengan baik. Maka dari itu, apabila Anda memiliki keluhan terkait dengan masalah tenggorokan dan amandel, segera konsultasikan hal tersebut dengan dokter spesialis THT-BKL di Siloam Hospitals terdekat. Dengan begitu, Anda dapat segera memperoleh tindakan medis yang tepat sehingga terhindar dari risiko komplikasi.


Praktis, temukan informasi jadwal, booking, dan buat janji temu dengan dokter Siloam Hospitals secara praktis menggunakan fitur Cari Dokter. Fitur tersebut juga bisa ditemukan pada aplikasi MySiloam yang dapat diakses dari mana saja dan kapan saja. Unduh aplikasinya sekarang dan percayakan kesehatan Anda #BersamaSiloam!

 

Digital Booking Radiologi

Consult with our doctors to get the right prescription
bantuan-paket

Do you need help choosing medical package?

message

ArticleDetail