Ibu dan Anak
Klasifikasi Gangguan Hipertensi pada Kehamilan, Kenali Sejak Dini!
Bagikan ke

Table of Contents
Tekanan darah tinggi selama masa kehamilan merupakan kondisi yang perlu diwaspadai. Ibu pun perlu mengetahui bahwa terdapat beberapa klasifikasi gangguan hipertensi pada kehamilan, seperti hipertensi kronis dan preeklampsia.
Untuk lebih mengenal jenis atau klasifikasi hipertensi dalam kehamilan secara lengkap, mari simak informasinya melalui artikel berikut ini.
Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan
Pada dasarnya, hipertensi adalah kondisi ketika aliran darah dari jantung yang melalui dinding pembuluh darah arteri terlalu kuat, sehingga menimbulkan tekanan tinggi pada dinding pembuluh darah arteri. Sebenarnya, hipertensi saat hamil merupakan kondisi yang cukup umum terjadi. Ibu hamil dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya di atas atau sama dengan angka 140/90 mmHg.
Namun, perlu diketahui bahwa terdapat beberapa klasifikasi gangguan hipertensi pada kehamilan, tentunya dengan gejala dan tanda yang berbeda-beda. Dokter perlu memastikan tipe hipertensi yang dialami ibu hamil agar bisa menegakkan diagnosis dan memberikan penanganan yang tepat.
Berikut adalah masing-masing penjelasan tentang klasifikasi gangguan hipertensi pada kehamilan.
1. Hipertensi Kronis
Klasifikasi gangguan hipertensi pada kehamilan yang pertama adalah hipertensi kronis, yaitu kondisi di mana ibu hamil sudah memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum kehamilan namun terus berlanjut hingga masa kehamilan. Hipertensi kronis biasanya akan terus berlanjut meski ibu hamil sudah melahirkan.
Sering kali, tekanan darah tinggi tidak menimbulkan gejala apa pun pada penderitanya, sehingga kondisi ini sering kali tidak disadari dan baru terdeteksi saat ibu hamil menjalani pemeriksaan kehamilan.
Ibu hamil dikatakan memiliki hipertensi kronis apabila ia mengalami tekanan darah tinggi sebelum usia kandungannya mencapai 20 minggu atau mengalami tekanan darah tinggi setelah usia kehamilan 20 minggu dan menetap hingga 3 bulan pascamelahirkan.
2. Preeklamsia
Preeklamsia adalah kondisi ketika tekanan darah ibu hamil mengalami peningkatan disertai dengan adanya kelebihan protein di dalam urine. Kondisi ini diduga disebabkan oleh plasenta yang tidak berfungsi atau berkembang dengan baik.
Selain itu, preeklamsia juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor kesehatan selama kehamilan, seperti gizi buruk, kurangnya aliran darah ke rahim, menderita penyakit kronis (diabetes, hipertensi, gangguan ginjal, penyakit autoimun, dan lain-lain), obesitas saat hamil, kehamilan kembar, kehamilan pertama, atau tingginya kadar lemak di dalam tubuh. Bahkan, kondisi ini juga dapat terjadi karena faktor genetik.
Perlu diketahui bahwa Ibu hamil juga berisiko lebih besar mengalami preeklamsia jika ibu memiliki riwayat preeklamsia di kehamilan sebelumnya atau mempunyai ibu mertua (ibu dari suami) yang pernah mengalami kondisi serupa.
Selain tekanan darah tinggi, beberapa gejala lain yang menyertai preeklamsia adalah:
-
Edema (pembengkakan) pada kaki, tangan, atau wajah.
-
Mual dan muntah
-
Nyeri bahu.
-
Nyeri punggung bawah.
-
Kenaikan berat badan secara drastis.
-
Kesulitan bernapas.
-
Gangguan penglihatan.
-
Nyeri kepala yang tak kunjung sembuh.
-
Nyeri epigastrik (nyeri ulu hati).
-
Pusing dan lemas.
Preeklamsia adalah kondisi yang perlu mendapatkan penanganan secepat mungkin karena dapat membahayakan nyawa janin dan ibu. Kondisi ini dapat menyebabkan aliran darah dari ibu ke janin menjadi terganggu, sehingga janin tidak mendapatkan oksigen serta nutrisi yang cukup.
Preeklamsia yang tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi eklamsia (preeklamsia yang disertai dengan kejang). Selain itu, komplikasi lainnya juga bisa meliputi kerusakan organ, solusio plasenta, sindrom HELLP, gangguan pembekuan darah, pertumbuhan janin terhambat, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, atau neonatal respiratory distress syndrome (NRDS).
3. Hipertensi Gestasional
Klasifikasi gangguan hipertensi pada kehamilan berikutnya adalah hipertensi gestasional, yaitu peningkatan tekanan darah yang terjadi pertama kali saat hamil tanpa disertai proteinuria. Kondisi ini umumnya muncul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu.
Berbeda dengan hipertensi kronis, hipertensi gestasional akan menghilang pada 3 bulan setelah ibu melahirkan. Selain itu, kondisi ini juga tidak disertai dengan kerusakan pada organ-organ tertentu.
Belum diketahui secara pasti apa penyebab hipertensi gestasional. Pasalnya, kondisi ini bisa saja terjadi pada ibu hamil yang tidak pernah memiliki riwayat hipertensi sebelum masa kehamilannya.
Meski begitu, terdapat beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi gestasional, yaitu:
-
Ibu hamil mengidap diabetes atau penyakit ginjal.
-
Memiliki riwayat hipertensi sebelum hamil.
-
Hamil anak pertama.
-
Berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun saat hamil.
4. Eklampsia
Eklampsia adalah perkembangan atau komplikasi dari kondisi preeklamsia. Perbedaan eklampsia dan preeklamsia terletak pada gejala utamanya. Preeklamsia ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urine, namun tidak disertai kejang.
Sementara itu, eklampsia adalah kondisi ketika ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi yang disertai dengan kejang. Selain tekanan darah tinggi dan kejang, beberapa gejala dan tanda lainnya yang menyertai eklampsia adalah sebagai berikut:
-
Peningkatan kadar protein dalam urine.
-
Gangguan penglihatan.
-
Berkurangnya jumlah urine.
-
Sakit kepala hebat.
-
Mual dan muntah.
-
Kesulitan bernapas.
-
Pembengkakan pada kaki dan tangan.
5. Hipertensi Kronis dengan Superimposed Preeklampsia
Klasifikasi gangguan hipertensi pada kehamilan yang terakhir adalah hipertensi kronis dengan superimposed preeklamsia. Kondisi ini terjadi ketika ibu hamil mengalami hipertensi kronis disertai dengan adanya protein di dalam urine atau tanda-tanda preeklamsia lainnya, seperti mual dan muntah, pembengkakan pada bagian tubuh tertentu, dan lain sebagainya.
Demikian penjelasan tentang klasifikasi gangguan hipertensi pada kehamilan yang penting untuk diketahui. Guna meminimalkan risiko komplikasi selama kehamilan, jangan lupa untuk menjaga kesehatan selama kehamilan dengan melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin..
Ibu juga bisa menggunakan NEST, sebuah layanan dan fasilitas kehamilan, melahirkan, dan pascamelahirkan lengkap dengan didukung oleh tim dokter multidisiplin, seperti dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter spesialis anak, dokter spesialis anestesi, ahli gizi klinis, konsultan laktasi, serta bidan dan tenaga medis profesional lainnya. Layanan NEST tersedia di Siloam Hospitals TB Simatupang dan Siloam Hospitals Sriwijaya Palembang.
Gunakan juga aplikasi MySiloam yang memberikan berbagai kemudahan bagi Anda dalam mengakses layanan kesehatan, mulai dari melihat jadwal praktik, membuat janji temu, hingga melakukan konsultasi secara virtual dari rumah dengan dokter terkait. Mari jaga selalu kesehatan Anda dan keluarga #BersamaSiloam!